DARI PEJUANG KE PENDIDIK: MERAYAKAN KONTRIBUSI PEREMPUAN DI HUT RI KE-80
Ditulis oleh KabarPemerintah.com - 17 Aug 2025 04:09

Oleh : Karnia* Sejak proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia pada 17 agustus 1945, pendidikan telah menjadi salah satu pilar utama dalam pembangunan bangsa. Pemberdayaan perempuan di bidang pendidikan tidak hanya menjadi simbol kemajuan, tetapi juga fondasi bagi terciptanya generasi penerus yang cerdas, berakhlak, dan berdaya saing. Dalam kurun waktu 80 tahun kemerdekaan, kontribusi perempuan sebagai pendidik, akademisi, dan pembuat kebijakan serta penggerak komunitas pendidikan semakin nyata. Perempuan tidak lagi hanya menjadi objek dari proses pendidikan, tetapi telah menjadi subjek aktif dalam menentukan arah pendidikan nasional. Dalam konteks sejarah, perempuan Indonesia pada masa pra-kemerdekaan sering kali menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Pandangan tradisional yang menempatkan perempuan hanya pada ranah domestik mengakibatkan minimnya kesempatan mereka untuk memperoleh pendidikan formal. Namun, perjuangan tokoh-tokoh perempuan seperti R.A. Kartini, Dewi Sartika, dan Rohana Kudus telah membuka jalan bagi kesadaran bahwa pendidikan adalah hak semua warga negara, tanpa memandang jenis kelamin. Momentum peringatan 80 tahun kemerdekaan menjadi sebuah refleksi terhadap perjalanan peran perempuan di bidang pendidikan. Hal ini tidak hanya untuk mengapresiasi kontribusi yang telah diberikan, tetapi juga untuk merumuskan langkah strategis ke depan agar peran tersebut semakin kuat, relevan, dan mampu menjawab tantangan masa depan. Perempuan tidak lagi hanya menjadi penerima manfaat pendidikan, tetapi juga menjadi pelaku aktif sebagai guru, dosen, tenaga kependidikan, peneliti, hingga pembuat kebijakan pendidikan. Peran strategis ini tidak hanya terbatas pada transmisi ilmu pengetahuan, tetapi juga meliputi pembentukan karakter generasi muda, penanaman nilai-nilai kebangsaan, dan penguatan moralitas bangsa. Peran Perempuan dalam Pendidikan a. Sebagai Pendidik dan Pengajar Di era modern, semakin banyak perempuan yang menduduki posisi kepemimpinan di sektor pendidikan, baik di tingkat sekolah, perguruan tinggi, maupun kementrian. Hal ini membuktikan bahwa perempuan mampu mempengaruhi kebijakan pendidikan inklusif, berkeadilan gender, dan berpihak pada kualitas pembelajaran. Peran mereka tidak hanya terbatas pada mengajarkan mata pelajaran akademik, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral, etika, dan karakter bangsa. Perempuan dikenal memiliki pendekatan mengajar yang lebih empatik, sabar, dan memperhatikan kebutuhan emosional peserta didik. b. Sebagai Pemimpin dan Pengambil Kebijakan Kepemimpinan perempuan cenderung mengedepankan kolaborasi, komunikasi terbuka, dan pendekatan partisipatif, yang terbukti efektif dalam menciptakan lingkungan pendidikan yang kondusif. Di tingkat nasional, sejumlah perempuan menduduki posisi strategis di kementrian pendidikan, kebudayaan, dan teknologi, serta di lembaga pemerintahan lainnya yang berkaitan dengan pendidikan. Hal ini menjadi bukti bahwa perempuan memiliki kapasitas yang sama dengan laki-laki dalam menentukan arah kebijakan pendidikan. c. Sebagai Inovator Dalam Metode dan Teknologi Pendidikan Perkembangan teknologi pendidikan mendorong lahirnya inovasi pembelajaran digital, dan media pembelajaran kreatif. Banyak perempuan yang menjadi pelopor dalam mengembangkan konten pembelajaran berbasis teknologi, aplikasi edukasi, dan gerakan literasi digital. Di tingkat komunitas, perempuan sering menjadi penggerak program pemberdayaan literasi, pelatihan keterampilan, dan pengajaran berbasis kewirausahaan. Upaya ini tidak hanya meningkatkan kualitas pendidikan, tetapi juga memberdayakan ekonomi keluarga dan masyarakat. Tantangan yang Dihadapi Perempuan a. Kesenjangan akses pendidikan Walaupun kemajuan telah banyak dicapai, masih terdapat hambatan yang harus diatasi, seperti keterbatasan akses pendidikan di daerah terpencil, dan juga keterbatasan akses internet untuk daerah kepulauan, bias gender yang menghambat partisispasi perempuan di posisi strategis, dan minimnya fasilitas untuk pengembangan profesional guru perempuan. b. Stereotip gender Stereotip bahwa perempuan hanya cocok untuk profesi tertentu atau tidak mampu memimpin masih ditemukan, meskipun jumlah pemimpin perempuan di sektor pendidikan terus bertambah. Pandangan semacam ini berpotensi membatasi kesempatan perempuan untuk mengembangkan karier di bidang pendidikan, terutama pada posisi strategis. c. Keterbatasan peluang dalam pengembangan karier Sebagian perempuan pendidik masih kesulitan mengikuti pelatihan atau studi lanjut karena faktor keluarga, ekonomi, atau kebijakan institusi yang belum sepenuhnya ramah terhadap pengembangan profesional perempuan. Kondisi ini dapat berdampak pada kualitas pembelajaran yang mereka berikan. Harapan ke depan a. Mewujudkan pendidikan inklusif dan setara gender Untuk memperkuat peran perempuan di bidang pendidikan, dibutuhkan dukungan kebijakan yang berpihak pada kesetaraan gender, peningkatan pelatihan dan pengembangan kapasitas, serta program beasiswa yang menjangkau hingga daerah terpencil. Dengan begitu, perempuan dapat berkontribusi optimal dalam membangun pendidikan yang unggul dan merata. b. Mengembangkan ekosistem pendidikan yang mendukung perempuan Ekosistem pendidikan yang mendukung perempuan dapat diwujudkan melalui kebijakan beasiswa yang menjangkau wilayah terpencil, penyediaan fasilitas pembelajaran yang memadai, dan program mentoring bagi pendidik perempuan untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan. c. Perempuan sebagai agen perubahan menuju Indonesia Emas 2045 Visi Indonesia Emas 2045 menuntut sumber daya manusia yang unggul, berdaya saing, dan berakhlak mulia. Perempuan sebagai pendidik memiliki peran strategis dalam membentuk generasi tersebut. Dengan memperkuat posisi perempuan di semua level pendidikan, imdonesia akan memiliki pondasi yang kokoh untuk mencapai visi tersebut. Penutup Memperingati 80 tahun kemerdekaan bukan hanya tentang mengenang sejarah, tetapi juga melihat ke depan. Peran perempuan dalam pendidikan adalah bukti bahwa kemerdekaan membawa kesempatan berkembang bagi seluruh rakyat. Dengan dukungan penuh terhadap perempuan di bidang pendidikan, Indonesia akan semakin siap menghadapi masa depan yang penuh tantangan sekaligus peluang menuju Indonesia Emas. Perempuan bukan hanya pendidik, tetapi juga agen perubahan yang membentuk generasi masa depan. Dengan memperkuat posisi perempuan di dunia pendidikan, Indonesia akan memiliki modal sosial dan intelektual yang kokoh untuk mewujudkan visi Indonesia Emas. *Pemulisa adalah Mahasiswi Universitas Annuqayah Prodi PAI.
← Kembali ke Daftar